Trump Ancam Tarif 10% untuk Negara BRICS Pro-Anti-Amerika
- account_circle Muhammad Delvian
- calendar_month
- comment 0 komentar

Trump Ancam Tarif 10% untuk Negara BRICS Pro-Anti-Amerika
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengguncang arena geopolitik dengan ancaman kebijakan tarif terbarunya. Melalui platform Truth Social pada 7 Juli 2025, Trump menyatakan bahwa setiap negara yang “menyelaraskan diri” dengan “kebijakan anti-Amerika” dari kelompok BRICS akan dikenakan tambahan tarif sebesar 10%, tanpa pengecualian. Namun, ia tidak memberikan penjelasan spesifik mengenai definisi “kebijakan anti-Amerika” yang dimaksud.
Konteks di Balik Ancaman Ekspansi Signifikan BRICS
Ancaman tarif ini muncul di tengah konteks ekspansi besar-besaran kelompok BRICS. BRICS, yang semula beranggotakan Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, telah berkembang secara signifikan sejak tahun 2023. Anggota baru yang bergabung meliputi Mesir, Ethiopia, Indonesia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Dengan penambahan anggota ini, BRICS kini memiliki pengaruh global yang sangat besar, mencakup lebih dari 50% populasi dunia dan menyumbang 40% output ekonomi global. Konsolidasi kekuatan ekonomi dan politik ini tampaknya dilihat oleh Trump sebagai tantangan terhadap dominasi AS.
Respons Resmi BRICS Multilateralisme di Atas Unilateralisme
Para pemimpin BRICS telah menanggapi ancaman semacam ini, meskipun tidak secara eksplisit menyebut nama Trump. Dalam pertemuan puncak mereka di Rio, para pemimpin BRICS menyuarakan keprihatinan atas kebangkitan tarif unilateral. Mereka menekankan pentingnya multilateralisme dan menyerukan reformasi tata kelola global untuk menciptakan sistem yang lebih adil dan seimbang. Pernyataan ini menunjukkan solidaritas di antara negara-negara berkembang dalam menghadapi tekanan ekonomi.
Potensi Dampak dan Tensi Global
Ancaman tarif yang dilontarkan Trump berpotensi memperuncing ketegangan perdagangan global yang sudah ada. Kebijakan ini juga bisa memicu pemecahan koalisi BRICS, meskipun forum ini hingga kini menunjukkan solidaritas yang kuat di antara anggotanya.
Beberapa analis melihat langkah Trump ini sebagai bagian dari strategi “America First” yang berlanjut, yaitu penggunaan tarif sebagai instrumen tekanan ekonomi untuk mencapai tujuan politik dan ekonomi AS. Jika diterapkan, kebijakan ini dapat memicu perang dagang yang lebih luas, memengaruhi rantai pasok global, dan menekan perekonomian negara-negara yang menjadi target.
Ancaman tarif 10% ini menjadi indikasi jelas bahwa jika Trump kembali berkuasa, kebijakan perdagangan agresif akan menjadi ciri khas pemerintahannya, dengan potensi dampak yang signifikan terhadap tatanan ekonomi dan politik global.
- Penulis: Muhammad Delvian