Tabrakan Kapal di Selat Hormuz, Isu Keamanan Maritim di Tengah Bayang-bayang Konflik Israel-Iran
- account_circle Muhammad Delvian
- calendar_month
- comment 0 komentar

Tabrakan Kapal di Selat Hormuz, Isu Keamanan Maritim di Tengah Bayang-bayang Konflik Israel-Iran
Dua kapal tanker minyak dilaporkan bertabrakan di Selat Hormuz pada Selasa (17/6/2025), jalur laut paling krusial untuk transportasi minyak global, yang terletak tak jauh dari lepas pantai Iran. Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai dampak konflik antara Israel dan Iran terhadap navigasi dan keamanan maritim di kawasan tersebut.
Monitor keamanan maritim asal Inggris, Ambrey, menyatakan bahwa tabrakan antara kapal Adalynn dan Front Eagle tersebut “tidak terkait dengan isu keamanan,” meskipun lokasinya sangat dekat dengan wilayah yang dilanda perang antara Israel dan Iran.
Perusahaan pelayaran Frontline mengonfirmasi bahwa api yang sempat berkobar di kapal tanker Front Eagle telah berhasil dipadamkan. Insiden ini terjadi sekitar 15 mil laut (28 km) di lepas pantai Teluk Oman milik Uni Emirat Arab, dan tidak terdeteksi adanya tumpahan polusi.
Penjaga pantai Uni Emirat Arab juga mengumumkan telah mengevakuasi 24 orang dari kapal tanker minyak Adalynn. Menurut layanan pemantau TankerTrackers.com, Front Eagle membawa muatan 2 juta barel minyak mentah Irak dan sedang dalam perjalanan menuju Zhoushan, Tiongkok. Sementara itu, Adalynn, sebuah kapal tanker kelas Suezmax milik Global Shipping Holding Ltd yang berbasis di India, tidak membawa kargo dan sedang berlayar menuju Terusan Suez di Mesir.
Selat Hormuz Titik Vital yang Rentan
Selat Hormuz merupakan pintu gerbang maritim strategis menuju Teluk, di mana sekitar seperlima dari pasokan minyak dunia melewati jalur ini setiap harinya, menurut Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat.
Namun, seiring Israel dan Iran melancarkan serangan udara besar-besaran satu sama lain untuk hari kelima, para ahli maritim menyatakan bahwa para pemilik kapal semakin waspada menggunakan jalur air tersebut. Beberapa kapal telah memperketat langkah-langkah keamanan, sementara yang lain memilih untuk mengubah rute.
Sumber-sumber angkatan laut melaporkan bahwa sistem navigasi kapal komersial telah mengalami gangguan elektronik di sekitar selat dan wilayah Teluk yang lebih luas. Pusat informasi JMIC dari Gabungan Pasukan Maritim yang dipimpin AS, mengeluarkan peringatan pekan ini bahwa mereka telah menerima laporan gangguan elektronik yang berasal dari sekitar Pelabuhan Bandar Abbas, Iran.
Ancaman dan Insiden Masa Lalu
Iran di masa lalu sering mengancam akan menutup selat tersebut bagi lalu lintas sebagai balasan atas tekanan Barat. Sejak dimulainya permusuhan terbuka dengan Israel, para pejabat Iran telah mengulangi kemungkinan ini.
Serangkaian serangan terhadap kapal-kapal di wilayah tersebut telah diatribusikan kepada Iran sejak 2019, menyusul keputusan Presiden Donald Trump untuk secara sepihak menarik Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015. Langkah penutupan selat tersebut tentu akan berdampak besar pada pasar energi global, namun kemungkinan besar akan memicu respons cepat dari AS. Teheran diyakini ingin menghindari konfrontasi langsung dengan AS mengingat kapasitas militer mereka yang terbatas.
Hingga saat ini, Iran belum memberikan komentar resmi mengenai insiden tabrakan atau laporan sebelumnya tentang gangguan elektronik di wilayah tersebut.
- Penulis: Muhammad Delvian