Pria yang didakwa di AS karena membocorkan dokumen rahasia tentang serangan Israel terhadap Iran | Berita
- account_circle Admin
- calendar_month
- comment 0 komentar

[ad_1]
Asif William Rahman ditangkap oleh FBI minggu ini di Kamboja dan dijadwalkan hadir di pengadilan di Guam.
Seorang pria yang bekerja di luar negeri untuk pemerintah Amerika Serikat dituduh membocorkan informasi rahasia sebelum rencana serangan rudal Israel terhadap Iran bulan lalu.
Pria tersebut, yang diidentifikasi sebagai Asif William Rahman, ditangkap oleh FBI minggu ini di Kamboja dan dijadwalkan hadir di pengadilan untuk pertama kalinya di Guam pada hari Kamis, di mana jaksa diperkirakan akan meminta agar dia dikeluarkan dari wilayah AS, menurut pengajuan hukum. dalam kasus ini.
Rahman pekan lalu didakwa di pengadilan AS di Virginia atas dua tuduhan mengungkapkan informasi pertahanan nasional berdasarkan Undang-Undang Spionase, dan bisa menghadapi hukuman penjara yang lama.
Menurut dakwaan, Rahman “dengan sengaja menyimpan” dokumen rahasia dan “menyerahkan dokumen tersebut kepada orang yang tidak berhak menerimanya”.
The New York Times melaporkan bahwa Rahman dipekerjakan oleh Central Intelligence Agency (CIA). Seorang juru bicara CIA menolak berkomentar kepada Al Jazeera.
Berita penangkapan Rahman muncul sehari setelah pembocor Pentagon, Jack Teixeira, dijatuhi hukuman 15 tahun penjara di Boston karena pelanggaran 'signifikan' terhadap Undang-Undang Spionase.
Dokumen yang bocor tersebut disiapkan oleh Badan Intelijen Geospasial Nasional (NGA), yang menganalisis gambar dan informasi yang dikumpulkan oleh satelit mata-mata AS, lapor surat kabar tersebut.
NGA melakukan pekerjaan untuk mendukung operasi rahasia militer AS.
Dokumen tersebut muncul bulan lalu di saluran aplikasi perpesanan Telegram. Dokumen tersebut mencatat bahwa Israel masih memindahkan aset militer ke tempatnya untuk melakukan serangan militer sebagai respons terhadap serangan rudal balistik Iran pada 1 Oktober.
Israel melakukan serangan balasan di beberapa lokasi di Iran pada akhir Oktober.
Setelah serangan itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei memperingatkan Israel dan AS akan “tanggapan yang keras” atas tindakan terhadap Iran dan sekutunya, menurut media pemerintah.
[ad_2]
Sumber: aljazeera.com
- Penulis: Admin