Kemarahan Rakyat Filipina Memuncak, Tuntut Usut Skandal Proyek Pengendalian Banjir
- account_circle Shinta Nurfauziah
- calendar_month
- comment 0 komentar

Rakyat Filipina kembali turun ke jalan dalam demonstrasi besar menuntut pertanggungjawaban pemerintah atas skandal proyek pengendalian banjir yang diduga fiktif dan merugikan negara miliaran peso. Skandal ini, yang dijuluki “Trillion Peso March” oleh para demonstran, telah memicu kemarahan publik dan mengguncang pemerintahan Presiden Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr.
Proyek Fiktif dan Kerugian Negara Fantastis
Proyek-proyek pengendalian banjir yang dikerjakan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Jalan Raya (DPWH) terungkap tidak berfungsi, bahkan ada yang tidak pernah dibangun sama sekali, atau dikenal sebagai “proyek hantu”. Laporan investigasi menunjukkan dana proyek senilai lebih dari ₱100 miliar diduga diselewengkan. Salah satu contoh yang paling mencolok adalah proyek tanggul di Plaridel, Bulacan, yang meskipun diklaim telah selesai setahun lalu, ternyata membuat daerah tersebut terendam banjir parah.
Tanggapan Pemerintah dan Aksi Protes
Kemarahan publik memuncak pada 21 September, bertepatan dengan peringatan darurat militer 1972, di mana puluhan ribu orang berunjuk rasa di Luneta Park dan EDSA. Mereka membawa spanduk anti-korupsi dan menuntut pengusutan tuntas. Protes ini berujung ricuh di dekat istana kepresidenan, dan 17 orang ditangkap.
Menanggapi kemarahan ini, Presiden Marcos Jr. secara mengejutkan menyatakan dukungannya terhadap demonstrasi dan berjanji akan mengusut tuntas kasus tersebut. Ia membentuk sebuah komisi investigasi independen yang dipimpin oleh mantan Hakim Agung Andres Reyes untuk menyelidiki proyek-proyek DPWH selama sepuluh tahun terakhir.
Dampak Politik dan Perbandingan Sejarah
Skandal ini telah menyebabkan gejolak politik, termasuk mundurnya Ketua DPR Martin Romualdez, yang merupakan sepupu presiden, di tengah tuduhan keterlibatan. Situasi ini menunjukkan tingkat ketidakpercayaan publik yang signifikan terhadap pemerintah, mengingatkan pada skandal korupsi besar sebelumnya, seperti “Pork Barrel Scam” (skandal PDAF).
Pada skandal PDAF, uang negara senilai ₱10 miliar dialihkan ke proyek fiktif melalui LSM palsu yang dikendalikan oleh Janet Lim Napoles. Baik skandal PDAF maupun skandal proyek banjir ini melibatkan modus operandi serupa, yaitu “proyek hantu” yang hanya ada di atas kertas, merugikan rakyat, dan mengikis kepercayaan publik.
- Penulis: Shinta Nurfauziah
