Lebih dari 60 orang dilaporkan tewas
- account_circle Admin
- calendar_month
- comment 0 komentar

[ad_1]
Media lokal melaporkan bahwa bendungan jebol pada Sabtu malam akibat hujan musiman yang lebat di timur laut.
Puluhan orang dilaporkan tewas setelah sebuah bendungan jebol di timur laut Sudan, saat negara itu dilanda hujan lebat yang mengakibatkan banjir bandang yang dahsyat.
Kementerian Kesehatan Federal awalnya mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Minggu malam bahwa Bendungan Arbaat di utara Port Sudan telah runtuh, menewaskan empat orang akibat banjir dan menyapu rumah-rumah.
Ia menambahkan bahwa sumber daya telah dikerahkan ke daerah tersebut untuk membantu mereka yang terdampar.
Namun, media berita lokal, termasuk al-Taghyeer dan Medameek, melaporkan bahwa jumlah tersebut telah meningkat menjadi sedikitnya 60 orang, mengutip pejabat setempat.
Banyak lagi yang dilaporkan hilang.
Warga setempat, Ali Issa, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ia menerima pesan bahwa warga terjebak di dalam kendaraan akibat banjir.
“Ada tujuh truk yang membawa keluarga, orang tua, dan anak-anak,” katanya. “Kami datang untuk melihat apa yang terjadi, tetapi tidak dapat mencapai bendungan.”
Hiba Morgan dari Al Jazeera mengatakan Bendungan Arbaat adalah sumber air utama bagi Port Sudan, kota Laut Merah yang menjadi ibu kota administratif saat pertempuran menguasai ibu kota Khartoum.
Tentara Sudan telah memerangi Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter sejak April 2023, perang yang telah mengakibatkan pengungsian massal dan kesulitan bagi rakyat Sudan.
Port Sudan dan daerah sekitarnya mungkin menghadapi kekurangan air minum yang serius akibat runtuhnya bendungan, kata Morgan.
Media lokal melaporkan bahwa bendungan jebol pada Sabtu malam setelah hujan lebat, tetapi rincian pastinya sulit dikumpulkan karena gangguan jaringan seluler.
Arbaat, 40 km (25 mil) di utara Port Sudan, merupakan bagian dari sistem bendungan Sudan yang membantu mengelola banjir dan merupakan tempat pertemuan dua cabang hulu sungai Nil di Sudan.
Negara ini telah menghadapi hujan lebat dan banjir sejak akhir Juni, dengan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan bahwa cuaca buruk telah mempengaruhi sekitar 317.000 orang (56.450 keluarga) di 16 negara bagian.
Negara bagian yang paling terkena dampak termasuk Darfur Utara, Sungai Nil, dan Darfur Barat, OCHA melaporkan.
Hujan lebat telah memperburuk krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh perang.
Di samping krisis pangan yang semakin parah, Sudan juga menghadapi wabah kolera akibat banjir yang mencemari pasokan air.
[ad_2]
Sumber: aljazeera.com
- Penulis: Admin